Jumat, 04 September 2015

Pengaruh Pengetahuan Agama Terhadap Perilaku Perempuan dalam Kehidupan Sosial dan Bernegara




Tidak jarang setiap perilaku yang dilakukan oleh seseorang merupakan cerminan dari pengetahuan yang selama ini ia dapatkan, ketika ia mendapatkan pengetahuan yang baik untuk dirinya maka ia akan cenderung mengaplikasikan pengetahuannya itu dalam kehidupan sosial, begitu juga sebaliknya. Inilah awal dari terciptanya perilaku sosial yang menjadi dasar perilaku wanita dalam bernegara.
Tak salah jika ada yang mengatakan bahwa baiknya suatu bangsa tergantung dari baiknya perilaku kaun wanitanya, contoh saja akhlak istri Rasulullah yaitu Khadijah dan Aisyah. Dua wanita yang tidak hanya memahami akhlak terhadap dirinya sendiri akan tetapi mereka mengerti bagaimana bersikap terhadap orang lain. Siti khadijah tak kurangnya membantu Nabi dalam menyampaikan dakwah, mendukung segala tindakan Nabi baik dari segi moril maupun finansial, siti aisyah wanita yang sangat cerdas mampu memberikan saran dan solusi atas kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ketika menjadi kepala Negara dan utusan Allah, ini membuktikan bahwa peran aisyah dan khadijah sangat berpengaruh pada keberhasilan dakwah Rasulullah, karena keberhasilan dakwahnyalah Rasulullah mampu membangun Negara yang bermartabat serta mengubah sikap masyarakat yang dulunya jahiliyah menjadi umat yang berakhlak.
Sikap seorang wanita dalam lingkungan sosial yaitu menjaga diri dari nafsu terhadap lawan jenis serta senantiasa menjaga akhlak sebagaimana yang diajarkan Rasulullah seperti memberi salam ketika menghadiri suatu majelis, menghormati tetangga, dan berbicara yang baik. Rasulullah bersabda bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah yang baik atau lebih baik diam. Ini membuktikan bahwa sangat penting untuk seorang wanita mempunyai pengetahuan bagaimana cara bersikap terhadap orang lain.
Tidak dipungkiri bahwa dalam kegiatan sehari-hari, kita tidak akan lepas komunikasi dengan lawan jenis maka dari itu seorang wanita harus mengetahui batasan hubungannya dengan kaum laki-laki agar tidak terjadi fitnah yang dapat mencemari jati diri seorang wanita terutama wanita muslim, memperhatikan aurat dengan menutupnya secara sempurna, cara berbicara yang sepatutnya dengan lawan jenis dan akhlak terpuji lainnya agar menumbuhkan ukhwah islamiyah yang tidak salah kaprah.
Seorang wanita memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan tajam dari pada laki-laki karena, wanita lebih mengandalkan perasaan dari pada akal dalam memutuskan sesuatu. Hal ini yang menjadikan wanita ingin diakui eksistensinya dengan menuntut persamaan hak dengan laki-laki bahkan dalam persoalan menjadi pemimpin baik dalam lingkup kecil seperti kepala keluarga hingga dalam lingkup besar seperti kepala Negara, ironisnya seorang wanita akan kehilangan jati dirinya sebagai tiang Negara yang merupakan penguat dan kontributor bagi kemajuan bangsa jika hal tersebut tetap tumbuh dalam diri seorang wanita.
Alangkah lebih indah jika seorang wanita meminta haknya untuk diakui eksistensinya dalam membangun Negara tanpa keluar dari kodrat sebagai wanita dengan menjadi guru untuk para generasi pemimpin Negara selanjutnya. Tanpa ada kekhawatiran bahwa wanita tidak mempunyai kedudukan dalam memajukan Negara justru peran wanita sebagai guru dalam mencetak generasi pemimpin sangat berperan penting untuk kemajuan negaranya. Karena itulah sangat diperlukan adanya sosialisasi terhadap wanita agar tidak melupakan tugas pentingnya sebagai guru bangsa. Tugas  seorang wanita sebagai guru bangsa bagi generasi selanjutnya tentu perlu kecerdasan yang tidak biasa, seorang wanita harus paham betul bagaimana mencetak generasi bangsa yang berkualitas agar dapat menyumbangkan pejuang Negara yang mampu membawa tujuan Negara menjadi lebih cemerlang.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa wanita lebih tekun, teliti dan sabar dibanding lelaki sehingga kepercayaan diri wanita untuk merambah kedunia kerja sangat tinggi. Akibatnya tugas utama bagi seorang wanita terbengkalai, tak sedikit para generasi pejuang Negara kehilangan arah, tanpa dukungan dari sosok yang berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menyangkut hidup seorang calon pemimpin.
Bukan tindakan yang bodoh ketika seorang wanita hanya duduk manis di rumah dan hanya menyaksikan kaum lelaki berjuang membela negaranya, perlu digaris bawahi oleh kaum wanita bahwa Negara yang sangat maju akan runtuh seketika ketika kaum wanita mempersoalkan diskriminasi tanpa dasar yang kuat, Rasulullah menjadi pemimpin tiada tandingan bahkan orang non muslim mengakui kehebatan Rasulullah dalam membangun Negara dan seluruh umat di dunia, pertanyaannya apakah khadijah pernah meminta persamaan hak dengan Rasulullah?. Jawabannya tidak, khadijah sebagai wanita rumahan yang luar biasa, mampu memberikan sesuatu yang tidak bisa didapatkan Rasulullah dari orang lain, setia mendampingi Rasulullah dalam keadaan tersulit sekalipun. Yang harus dilakukan adalah menjadi wanita yang cerdas dengan memberikan kontribusi hebat pada Negara.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa sikap wanita dalam kehidupan sosial menjadi awal atau dasar sikap wanita dalam kehidupan Negara, artinya seorang wanita yang telah mampu memahami perilakunya dalam lingkungan sosial akan menciptakan sikap wanita yang sejalan dalam sikapnya bernegara. Inilah sikap sesungguhnya yang harus dimiliki oleh setiap wanita baik pada jaman terdahulu maupun peran wanita pada masa sekarang.
Dalam islam banyak sekali membahas masalah sikap seorang wanita dalam bersosial dan bernegara hanya saja pengetahuan masalah bersosial dalam kalangan wanita masih kurang terealisasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dampaknya adalah peran wanita dalam bernegara masih dikatakan kurang layak disebut tiang Negara yang kokoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar